Setahun kemudian, setiap hari dia datang. Dia bilang "aku sudah mapan". Tapi aku sudah tak butuh jawaban lagi, aku tak lagi menunggunya seperti setahun lalu.
Dulu aku menunggumu tanpa jawaban pasti, raguku menguatkanku pada saat aku menunggu 1tahun lamanya. Aku tak pernah mempermasalahkan harta, tahta, atau kamu datang dari keluarga mana.
Setelah setahun berlalu, aku pergi menguatkan hati jika memang Tuhan tidak merestui untuk kita bersama lagi. Ini bukan tentang kemapanan seorang lelaki. Ini tetang keseriusan, tanggung jawab atas hati yang selalu menunggu tanpa jawab pasti, menunggu tanpa diminta, menunggu kemudian ditinggalkan dalam sepi.
Pergilah, aku disini masih sendiri bukan untuk menunggumu lagi, bukan karena sakit hati. Tapi aku sendiri karena menguatkan diriku dengan doa, semoga ini jalan terbaik untuk kita berdua agar tidak saling menunggu lagi dalam kesendirian.