Wednesday, November 19, 2014

Rasa teh

Suka belum berarti sayang. Suka pribadi seseorang belum tentu ingin memiliki, mengasihi seseorang bukan berarti harus memiliki tanpa terbagi. Begitulah ketika cinta menyapa. Hanya sapaan pada cinta yang tidak berarti apa-apa. Karena dia menyapa tiba-tiba dan mungkin akan pergi tiba-tiba ketika tak ada yang saling bertegur sapa seperti biasa. Atau hanya ada satu rasa yang merasa cinta? Satu jiwa yang merasa ada orang yang tepat untuk dia cinta. Sedangkan yang dicinta, tak merasa apa-apa.

"Sudah biar pergi berlalu" kata logika. Namun kata hati masih bertanya, "inikah cinta sendiri tanpa ada yang menyapa?" Kenyataan yang harus diterima ketika rasa sudah ada namun hanya bimbang yang dirasa. Cerita di satu masa, satu rasa yang sama namun orang yang berbeda. Cerita itu tak lagi sama. Waktu yang berlalu ini tak ada makna. Kini waktu mencari arti dari cinta yang tak pernah bekasih mesra apalagi dia tak pernah merasa ada rasa cinta yang mungkin sebenarnya belum pernah kita coba tapi mungkin aku saja yang merasa beda.

Mungkin rasa ini seperti teh dalam kemasan untuk sekali seduh. Panas menggebu pada awal yang dirasa. Lama-lama dingin, hitam pekat dan pahit terasa. Dalam secangkir teh ini ada sisa kepekatan di akhir tegukkan. Warna pekat yang sedikit sulit hilang. Rasa yang sudah dalam bisa hilang, namun terap meninggalkan satu tanya ketika ada sisa yang tertinggal dalam kenangan. Apa rasa ini hanya milikku sendiri? Rasa yang tak pernah terbagi dengan orang yang tanpa sadar sedang aku kasihi...