Monday, January 14, 2013

belum usai

hujan ini merintikan sekedar kisah kita dimasa lalu. masa lalu yang entah kapan itu tak pasti aku ingat tapi masih tergambar jelas dalam ingatan, kamu dan aku kita bersama. tapi tunggu dulu, apa? kita? pernah bersama? aku rasa tidak. kita tidak pernah bersama sampai jemariku ini mengetikpun kita tak pernah bersama. hanya malam seperti ini aku merasa bodoh sendiri, sepi dan Tuhan yang menememaniku dalam doa yang kupanjatkan untuk diriku sendiri. terkesan egois dalam doa, doa untuku hidupku bukan kamu atau kita. dalam hingar bingar canda tawaku bersama hari yang sendu, diam dalam hati menunggu malam tiba, waktu yang tepat untuk bercerita dengan Tuhan dalam lisan ataupun tulisan. aku suka menulis, walau tanpa cahaya seperti malam ini. hembusan angin membawa separuh memoriku terbelanga jauh menembus fatamorgana. entah apa yang kurasa tentang hari ini yang sangat dilema.

ketika hari sudah selesai menjalani tugasnya, tinggal otak, hati dan pikiranku yang bekerja menghapus masa lalu dari hari yang telah ku lewati. tubuh ini sudah lelah dan sudah menerima kebahagian yang dia perlihatkan seakan-akan nyata. akupun mencoba kebahagiaan yang sama dengan orang yang berbeda. tapi pikirannya sudah menjelajah jauh ketika aku dan kamu sedang merajut asa tapi pada akhirnya jalan kita beda. lalu buat apa aku tetap diam dan bercerita tentang rasa yang takkan punya lagi tempat bersandar? sandaran yang nyata kali ini kurang dirasa nyaman untukku. terlalu memaksakan walau sebenarnya aku bahagia dengan dia yang baru. namun ada mata orang lain dalam matanya, bukan dia tapi kamu. jika kamu tau, aku berbicara tentang mata, ya cuma matamu yang paling indah yang aku ingat saat kita bertatap. tak ku ukur berapa jarak mata ini pernah saling menatap. tapi kali ini mata itu tak ingin lagi menoleh kearahku. tak bisa aku lihat kebencian, kesedihan atau kegembiraan dari mata itu lagi. karena sang pemiliknya tak mengijinkanku untuk memandang lagi. ya, matamu yang berharga itu tak bisa kupandang lagi walau kau ada di hadapanku.

ada perjalanan dalam senja, tapi ketika senja  berganti malam kita tetap berjalan namun tidak satu tujuan lagi. bukan karena perbedaan, tapi pilihan hidup yang menuntun kita untuk tidak sejalan. pada dasarnya manusia hidup di dunia mencari kebahagiaan. di ujung hidupnya manusia ingin pergi dengan tenang tanpa meninggalkan kebimbangan. begitupun Tuhan yang pernah menyatukan kita dalam satu rasa yang sama, saling jatuh cinta, dan pernah bahagia bersama. tapi aku mengerti sekarang, kita hanya manusia biasa yang akan pergi dari hidup seseorang bukan berarti mati, tapi pergi meninggalkan cerita dan kebimbangan sampai cerita ini mencapai titik dimana Tuhan kembali menyatukan kita.